- See more at: http://blog.ahmadrifai.net/2012/03/cara-membuat-efek-salju-di-blog.html#sthash.0VRt8tb2.dpuf

Jumat, 23 Oktober 2015

   Sejarah Psikologi Manajemen


       Pada awalnya psikologi manajemen merupakan dua bidang ilmu yang terpisah, yaitu psikologi dan manajemen. Untuk menjamin kesuksesan suatu organisasi diperlukan pemahaman yang baik terhadap teori manajemen guna mendorong efektivitas dan efisiensi kerja atau profesionalisme manajemen. Hal ini disebabkan manajemen merupakan kombinasi antara ilmu dan seni. Awalnya konsep manajemen digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia, kemudian timbul pemikiran bahwa akal manusia dapat memenuhi kebutuhan itu secara lebih efektif lagi, setelah itu dibutuhkan modal untuk mendanai alat yang akan membantu dalam meningkatkan efektifitas. Maka, sejak zaman revolusi industri, tiga modal kerja yang utama adalah SDA (Sumber Daya Alam), SDU (Uang) dan SDM (Manusia), dan ilmu manajemen pun berkisar pada upaya untuk mengoptimalkan kinerja antar ketiga modal kerja itu.

       Dengan ditemukan dan dikembangkannya ilmu psikologi, diketahui bahwa unsur SDM ternyata merupakan yang terpenting, karena ilmu psikologi yang memang berpusat pada manusia, yang mampu mengintervensi atau mengolah berbagai faktor internal manusia seperti motivasi, sikap kerja, keterampilan, dsb dengan berbagai macam teknik dan metode, sehingga bisa dicapai kinerja SDM yang setinggi-tingginya untuk produktivitas perusahaan.

Pengertian Psikologi Manajemen
       Psikologi manajemen adalah ilmu tentang bagaimana mengatur / me-manage sumber daya yang ada untuk memenuhi kebutuhan.
Kaitannya dengan psikologi yaitu dengan ditemukan dan dikembangkannya ilmu psikologi, diketahui bahwa unsur SDM ternyata merupakan yang terpenting dari ketiga modal kerja perusahaan manapun.


   Tujuan Psikologi Manajemen
       Ilmu psikologi memang berpusat pada manusia, mampu mengintervensi berbagai faktor internal manusia seperti motivasi, sikap kerja, keterampilan, dsb dengan berbagai macam teknik dan metode, sehingga bisa dicapai kinerja SDM yang setinggi-tingginya untuk produktivitas perusahaan.

Dengan adanya psikologi manajemen, kinerja SDM akan terkontrol dengan baik dan tingkat produktivitas meningkat.


   Pengertian Komunikasi


     Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna bagi kedua pihak, dalam situasi yang tertentu komunikasi menggunakan media tertentu untuk merubah sikap atau tingkah laku seorang atau sejumlah orang sehingga ada efek tertentu yang diharapkan.
Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan, informasi dari seseorang ke orang lain.
Tidak ada kelompok yang dapat eksis tanpa komunikasi : pentransferan makna di antara anggota-anggotanya. Hanya lewat pentransferan makna dari satu orang ke orang lain informasi dan gagasan dapat dihantarkan. Tetapi komunikasi itu lebih dari sekedar menanamkan makna tetapi harus juga dipahami.
   
   Fungsi Komunikasi 
   Fungsi komunikasi adalah :
  1. Kendali : komunikasi bertindak untuk mengendalikan prilaku anggota dalam beberapa cara, setiap organisasi mempunyai wewenang dan garis panduan formal yang harus dipatuhi oleh karyawan.
  2.  Motivasi : komunikasi membantu perkembangan motivasi dengan menjelaskan kepada para karyawan apa yang harus dilakukan bagaimana mereka bekerja baik dan apa yang dapat dikerjakan untuk memperbaiki kinerja jika itu di bawah standar.
  3. Pengungkapan emosional : bagi banyak karyawan kelompok kerja mereka merupakan sumber utama untuk interaksi sosial, komunikasi yang terjadi di dalam kelompok itu merupakan mekanisme fundamental dengan mana anggota-anggota menunjukkan kekecewaan dan rasa puas mereka oleh karena itu komunikasi menyiarkan ungkapan emosional dari perasaan dan pemenuhan kebutuhan sosial.
  4. Informasi : komunikasi memberikan informasi yang diperlukan individu dan kelompok untuk mengambil keputusan dengan meneruskan data guna mengenai dan menilai pilihan-pilihan alternatif.


   Bentuk-bentuk Komunikasi

          Bentuk-bentuk komunikasi dapat dijabarkan sebagai berikut :

  1. Komunikasi vertikal : Komunikasi dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas atau komunikasi dari pimpinan ke bawahan dan dari bawahan ke pimpinan secara timbal balik.
  2. Komunikasi horisontal : Komunikasi secara mendatar, misalnya komunikasi  antara karyawan dengan karyawan dan komunikasi ini sering kali berlangsung tidak  formal yang berlainan dengan komunikasi vertikal yang terjadi secara formal.
  3. Komunikasi diagonal : Komunikasi diagonal yang sering juga dinamakan komunikasi silang yaitu seseorang  dengan orang lain yang satu dengan yang lainnya berbeda dalam kedudukan dan  bagian.
Pendapat lainnya menyebutkan, komunikasi dapat mengalir secara vertikal atau  lateral (menyisi).

          Dimensi vertikal dapat dibagi menjadi ke bawah dan ke atas.
a.   Ke bawah : Komunikasi yang mengalir dari satu tingkat dalam suatu kelompok atau organisasi ke suatu tingkat yang lebih bawah. Kegunaan dari pada komunikasi ini memberikan penetapan tujuan, memberikan instruksi pekerjaan, menginformasikan kebijakan dan prosedur pada bawahan, menunjukkan masalah yang memerlukan perhatian dan mengemukakan umpan balik terhadap kinerja.
b.  Ke atas : komunikasi yang mengalir ke suatu tingkat yang lebih tinggi dalam kelompok atau organisasi digunakan untuk memberikan umpan balik kepada atasan, menginformasikan mereka mengenai kemajuan ke arah tujuan dan meneruskan masalah-masalah yang ada.

Sedangkan dimensi lateral, komunikasi yang terjadi di antara kelompok kerja yang sama, diantara anggota kelompok-kelompok kerja pada tingkat yang sama, diantara manajer-manajer pada tingkat yang sama.

   
   MEMENGARUHI PERILAKU

    Pengertian Perilaku
Perilaku adalah keadaan jiwa untuk berpendapat, berfikir, bersikap, dan lain sebagainya yang merupakan refleksi dari berbagai macam aspek, baik fisik maupun non fisik.
Menurut Ensiklopedi Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya, hal ini berarti bahwa perilaku baru akan terwujud bila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan tanggapan yang disebut rangsangan, dengan demikian maka suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan perilaku tertentu pula.

   Faktor yang mempengaruhi perilaku

Tingkah laku manusia adalah corak kegiatan yang sangat dipengaruhi oleh faktor yang ada dalam dirinya. Faktor-faktor intern yang dimaksud antara lain jenis ras/keturunan, jenis kelamin, sifat fisik, kepribadian, bakat, dan intelegensia. 

Faktor-faktor tersebut akan dijelaskan secara lebih rinci seperti di bawah ini :

1. Faktor Internal
a.   Jenis Ras/ Keturunan
Setiap ras yang ada di dunia memperlihatkan tingkah laku yang khas. Tingkah laku khas ini berbeda pada setiap ras, karena memiliki ciri-ciri tersendiri. Ciri perilaku ras Negroid antara lain bertemperamen keras, tahan menderita, menonjol dalam kegiatan olah raga. Ras Mongolid mempunyai ciri ramah, senang bergotong royong, agak tertutup/pemalu dan sering mengadakan upacara ritual. Demikian pula beberapa ras lain memiliki ciri perilaku yang berbeda pula.
b.  Jenis Kelamin
Perbedaan perilaku berdasarkan jenis kelamin antara lain cara berpakaian, melakukan pekerjaan sehari-hari, dan pembagian tugas pekerjaan. Perbedaan ini bisa dimungkikan karena faktor hormonal, struktur fisik maupun norma pembagian tugas. Wanita seringkali berperilaku berdasarkan perasaan, sedangkan orang laki-laki cenderug berperilaku atau bertindak atas pertimbangan rasional.
c.   Sifat Fisik
Kretschmer Sheldon membuat tipologi perilaku seseorang berdasarkan tipe fisiknya. Misalnya, orang yang pendek, bulat, gendut, wajah berlemak adalah tipe piknis. Orang dengan ciri demikian dikatakan senang bergaul, humoris, ramah dan banyak teman.
d.  Kepribadian
Segala corak kebiasaan manusia yang terhimpun dalam dirinya yang digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsang baik yang datang dari dalam dirinya maupun dari lingkungannya, sehingga corak dan kebiasaan itu merupakan suatu kesatuan fungsional yang khas untuk manusia itu. Dari pengertian tersebut, kepribadian seseorang jelas sangat berpengaruh terhadap perilaku sehari-harinya.
e.  Intelegensia
Keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah dan efektif. Bertitik tolak dari pengertian tersebut, tingkah laku individu sangat dipengaruhi oleh intelegensia. Tingkah laku yang dipengaruhi oleh intelegensia adalah tingkah laku intelegen di mana seseorang dapat bertindak secara cepat, tepat, dan mudah terutama dalam mengambil keputusan.
f.   Bakat
Suatu kondisi pada seseorang yang memungkinkannya dengan suatu latihan khusus mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus, misalnya berupa kemampuan memainkan musik, melukis, olah raga, dan sebagainya.

2.  Faktor Eksternal
a.   Pendidikan
Inti dari kegiatan pendidikan adalah proses belajar mengajar. Hasil dari proses belajar mengajar adalah seperangkat perubahan perilaku. Dengan demikian pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku seseorang. Seseorang yang berpendidikan tinggi akan berbeda perilakunya dengan orang yang berpendidikan rendah.
b.  Agama
Agama akan menjadikan individu bertingkah laku sesuai dengan norma dan nilai yang diajarkan oleh agama yang diyakininya.
c.   Kebudayaan
Diartikan sebagai kesenian, adat istiadat atau peradaban manusia. Tingkah laku seseorang dalam kebudayaan tertentu akan berbeda dengan orang yang hidup pada kebudayaan lainnya, misalnya tingkah laku orang Jawa dengan tingkah laku orang Papua.
d.  Lingkungan
Segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh untuk mengubah sifat dan perilaku individu karena lingkungan itu dapat merupakan lawan atau tantangan bagi individu untuk mengatasinya. Individu terus berusaha menaklukkan lingkungan sehingga menjadi jinak dan dapat dikuasainya.
e.  Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi seseorang akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi perilaku seseorang.


   Kekuasaan


    Menurut Para Ahli :

      Pengertian Kekuasaan Menurut Max Weber adalah suatu kemungkinan yang membuat seorang aktor di dalam suatu hubungan sosial berada dalam suatu jabatan untuk melaksanakan keinginannya sendiri dan yang menghilangkan halangan.

Menurut Walterd Nord, Pengertian Kekuasaan ialah suatu kemampuan untuk mempengaruhi aliran energi dan dana yang tersedia untuk mencapai suatu tujuan yang berbeda secara jelas dari tujuan lainnya.

Rusel Mengatakan, Pengertian Kekuasaaan merupakan suatu produksi dari akibat yang diinginkan.

Bierstedt memberikan pernyataan mengenai Pengertian Kekuasaan yaitu kemampuan untuk mempergunakan kekuatan.

Pengertian Kekuasaan Menurut Rogers adalah kemampuan seseorang untuk mengubah orang atau kelompok lain dalam cara yang spesifik, contohnya dalam kekuasaan dan pelaksanaan kerjanya.

Dari Pengertian Kekuasaan diatas dapat disimpulkan bahwa, Pengertian Kekuasaan ialah suatu sumber yang memungkinkan seseorang mendapatkan hak untuk mengajak, mempengaruhi dan meyakinkan orang lain.

Kekuasaan dapat diperoleh dari pengaruh pribadi, jabatan pribadi atau diperoleh keduanya. Seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain untuk melakukan kerja karena jabatan organisasi yang dijabatnya, maka orang tersebut akan mempunyai kekuasaan jabatan. Adapun juga orang yang memperoleh kekuasaan dari para pengikutnya dikatakan mempunyai kekuasaan pribadi. Ada juga orang yang mempunyai kedua-duanya, kekuasaan jabatan dan kekuasaan pribadi.

Demikianlah pembahasan mengenai Pengertian Kekuasaan Menurut Para Pakar, semoga tulisan saya Mengenai pengertian Kekuasaan Menurut Para Ahli dapat bermanfaat.


Referensi :
1.    Effendy, Onong. 2000. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung : PT.Rosdakarya.
2.    Robbins,Stephen. 2002. Prinsip-Prinsip Perilaku Organisasi. Jakarta : Erlangga.
3.    Fisher Aubrey. 1997. Teori-teori Komunikasi. Bandung :PT. Remaja Rosdakarya.
4.    Kolter, Philip, Keller, Kevin Lane. 2006. Marketing Management: Twelfth Edition. New Jersey: Pearson Education, inc.
5.    Menurut James F. Engel – Roger D. Blackwell – Paul W. Miniard dalam Saladin (2003 : 19).
6.    Miftah Thoha, 2005. Perilaku ORGANISASI (Konsep Dasar dan Aplikasinya). Yang Menerbitkan PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Jumat, 27 Maret 2015

SEJARAH PERKEMBANGAN KESEHATAN MENTAL

Zaman dahulu orang menduga bahwa penyebab penyakit mental adalah setan, roh-roh jahat dan dosa-dosa. Oleh karena itu para penderita penyakit mental dimasukkan dalam penjara-penjara di bawah tanah atau dihukum dan diikat erat-erat dengan rantai besi yang berat dan kuat. Namun, lambat laun ada usaha-usaha melalukan perbaikan dalam mengatasi orng-orang yg mengalami gangguan mental.
Ungkapan kesehatan mental ini diciptakan oleh W. Swetster di tahun 1843 dan penuh dengan konten yang sebenarnya melalui "pribadi" pengalaman berkumpul oleh ahli asuransi Beers Amerika. Tujuannya adalah untuk memastikan perawatan yang lebih manusiawi dari sakit mental, cara bagaimana tujuannya ini dilakukan dalam konteks yang lebih luas melampaui domain perawatan kesehatan tidak bisa disebut hanya kejiwaan.
Kesehatan mental mulai berkembang sejak perang dunia ke II. Sejak awal perang dunia ke II kesehatan mental bukan lagi suatu istilah yang asing bagi orang – orang. Dalam bidang kesehatan mental kita dapat memahami bahwa gangguan mental itu telah terjadi sejak awal peradaban manusia dan sekaligus telah ada upaya-upaya mengatasinya sejalan dengan peradaban.
Namun seiring zaman yang semakin maju dan perkembangan ilmu pengetahuan Philippe Pinel di Perancis dan William Tuke dari Inggris, mengadakan perbaikan dalam menanggulangi orang-orang yang terganggu mentalnya.

       Tokoh lain yang mempengaruhi perkembangan kesehatan mental :
  1. Clifford Whittingham Beers (1876-1943). Beers pernah sakit mental dan dirawat selama dua tahun dalam beberapa rumah sakit jiwa. Ia mengalami sendiri betapa kejam dan kerasnya perlakuan serta cara penyembuhannya.
  2. Dorothea Dix merupakan seorang pionir wanita dalam usaha-usaha kemanusiaan berasal dari Amerika. Ia berusaha menyembuhkan dan memelihara para penderita penyakit mental dan orang-orang gila. Sangat banyak jasanya dalam memperluas dan memperbaiki kondisi dari 32 rumah sakit jiwa di seluruh negara Amerika bahkan sampai ke Eropa. Atas jasa-jasa besarnya inilah Dix dapat disebut sebagai tokoh besar pada abad ke-19.
       Tujuan mempelajari kesehatan mental :
  1. Memahami makna kesehatan mental dan faktor-faktor penyebabnya.
  2. Memahami pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam penanganan kesehatan mental.
  3. Memiliki kemampuan dasar dalam usaha peningkatan dan pencegahan kesehatan mental masayarakat.
  4. Meningkatkan kesehatan mental masyarakat dan mengurangi timbulnya gangguan mental masyarakat.

Konsep Sehat

Istilah sehat dalam kehidupan sehari-hari sering dipakai untuk menyatakan bahwa sesuatu dapat bekerja secara normal. Bahkan benda mati pun seperti kendaraan bermotor atau mesin, jika dapat berfungsi secara normal, maka seringkali oleh pemiliknya dikatakan bahwa kendaraannya dalam kondisi sehat. Kebanyakan orang mengatakan sehat jika badannya merasa segar dan nyaman. Bahkan seorang dokterpun akan menyatakan pasiennya sehat manakala menurut hasil pemeriksaan yang dilakukannya mendapatkan seluruh tubuh pasien berfungsi secara normal. Namun demikian, pengertian sehat yang sebenarnya tidaklah demikian. Pengertian sehat menurut UU Pokok Kesehatan No. 9 tahun 1960, Bab I Pasal 2 adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan (jasmani), rohani (mental), dan sosial, serta bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan.
Pengertian sehat tersebut sejalan dengan pengertian sehat menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1975 sebagai berikut: Sehat adalah suatu kondisi yang terbebas dari segala jenis penyakit, baik fisik, mental, dan sosial. Batasan kesehatan tersebut di atas sekarang telah diperbaharui bila batasan kesehatan yang terdahulu itu hanya mencakup tiga dimensi atau aspek, yakni: fisik, mental, dan sosial, maka dalam Undang- Undang N0. 23 Tahun 1992, kesehatan mencakup 4 aspek, yakni: fisik (badan), mental (jiwa), sosial, dan ekonomi.
Pengertian diatas memberikan gambaran secara umum mengenai konsep sehat, Dalam pembahasan ini sedikit kita bahas mengenai aspek sehat dari berbagai dimensi diantaranya konsep sehat berdasarkan dimensi emosi, intelektual, sosial, fisik, dan spiritual.

Dimensi Emosi
Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak
Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.
Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia. (Prawitasari,1995)
Beberapa tokoh mengemukakan tentang macam-macam emosi, antara lain Descrates. Menurut Descrates, emosi terbagi atas : Desire (hasrat), hate (benci), Sorrow (sedih/duka), Wonder (heran), Love (cinta) dan Joy (kegembiraan). Sedangkan JB Watson mengemukakan tiga macam emosi, yaitu : fear (ketakutan), Rage(kemarahan), Love (cinta).
Daniel Goleman (2002 : 411) mengemukakan beberapa macam emosi yang tidak berbeda jauh dengan kedua tokoh di atas, yaitu :
  • Amarah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati.
  • Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, putus asa.
  • Rasa takut : cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada, tidak tenang, ngeri.
  • Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang, terhibur, bangga.
  • Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat,  dan kemesraan.
  • Terkejut : terkesiap, terkejut.
  • Jengkel : hina, jijik, muak, mual, tidak suka.
  • Malu : malu hati, kesal

Menurut Mayer (Goleman, 2002 : 65) orang cenderung menganut gaya-gaya khas dalam menangani dan mengatasi emosi mereka, yaitu : sadar diri, tenggelam dalam permasalahan, dan pasrah. Dengan melihat keadaan itu maka penting bagi setiap individu memiliki kecerdasan emosional agar menjadikan hidup lebih bermakna dan tidak menjadikan hidup yang di jalani menjadi sia-sia.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Pengertian Emosi adalah suatu perasaan (afek) yang mendorong individu untuk merespon atau bertingkah laku terhadap stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya.

Dimensi Intelektual
Dalam dimensi ini, seseorang memiiki intelegensi yang cukup tinggi. Dalam dimensi ini ia mampu menyerap berbagai pelatihan atau pendidikan dengan penyerapan yang lebih cepat, serta mudah memahami berbagai aspek materi tanpa mengalami kesulitan dalam proses kognitif dalam belajar. Tidak semua orang mengalami kesehatan intelektual secara utuh karena sehat secara intelektual merupakan sebagian dari proses bawaan, juga proses pembiasaan dan latihan.

Dimensi Sosial
Dalam dimensi ini, seseorang lebih terlihat mengalami kepekaan sosial yang tinggi, ia sehat dalam kerangka sosial bermasyarakat, seperti mudah bergaul, mudah beradaptasi, tidak mengalami krisis identitas, merupakan bentuk dari kepribadian yang sehat dalam dimensi sosial.

Dimensi Fisik
Dimensi Fisik, merupakan aspek terpenting untuk melihat kondisi sesorang sehat atau tidak, disini dilihat dari kebugaran fisik, apakah ia menjaga kesehatan nya atau tidak, dengan ia berpola makan sehat, menjaga dari makanan yang buruk, serta dimensi ini menekankan pada keadaan jasmani seseorang.

Dimensi Spriritual
Dimensi spriritual ini juga menjadi bagian terpenting dari kesehatan mental pribadi seseorang, karena mensucikan sesuatu merupakan bagian dari naluri manusia seperti hal menyembah Allah, tekun beribadah dan lainnya, dilihat dari bagaimana ia mengatur kedekatan diri nya dengan sang Pencipta, mampu mengelola jiwa berlandaskan aturan Agama agar terjadi ketenangan batin, hal ini lah yang menjadikan kondisi seseorang sehat secara Ruhiyah atau sehat secara spiritual.

Contoh Kasus

Ayi adalah seorang perempuan yang cantik dan pintar namun ia memiliki kekurangan di saraf tangan kanannya. Sejak kecil dia sudah menggunakan tangan kirinya untuk melakukan aktifitas sehari-hari seperti makan, menulis, dll. Tetapi Ayi tetap bersyukur dengan keadaannya karena dia melihat banyak anak – anak lain yang tidak memiliki tangan dan ia juga rajin beribadah dan berdoa kepadaa Tuhan. Ia sadar karena penyakit saarafnya tersebut mengharuskan ia untuk rutin meminum obat daan menjaga kesehatannya untuk tidak memakan makanan yang tidak sehat dan pola makan yang teratur. Walaupun ia kidal dan memiliki keanehan di tangan kanannya, ia tidak malu dan tetap bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Ia juga bersekolah ia sekolah normal/biasa dan selalu mendapat raking pertama di kelasnya. Rahasia ia tetap terus semangat menjalani hidupnya karena dukungan dari keluarga dan temannya maka ia sangat bahagia memiliki keluarga dan teman – teman yang selalu menyayanginya.


Dari kasus diatas kita dapat buktikan bahwa Ayi memiliki emosi, intelektual, fisik, sosial, dan spiritual yang sehat. Emosi yang sehat di dapat dari rasa bahagianya karena memiliki keluarga dan teman – teman yang menyayanginya.intelektual yang sehat diperoleh dari Ayi yangg selalu mendapat raking pertama di kelasnya. Fisik yang sehat diperoleh dari pola makannya yang teeratur daan selalu menjaga makanan. Sosial yang sehat dipoleh dari ia tidak malu dengan kekurangannya dan tetap bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Dan spiritual yang sehat ia peroleh dari rajinnya ia beribadah dan berdoa kepada Tuhan.

Referensi Buku :
  1. Sumber : emiun, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 1. Yogyakarta: Kanisius.
  2. Budiarto, Eko., Dewi, Anggraeni. 2001. Pengantar Epidemologi, E2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
  3. Nurcahyo, H , 2008. ILMU KESEHATAN JILID 1 untuk SMK, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional.
  4. Schultz, D. (1991). Psikologi Pertumbuhan : Model-model Kepribadian Sehat. Alih Bahasa : Yustinus. Yogja : Kanisius.
  5.  Artikel oleh : Hariyanto, S.Pd onDecember 27, 2009 : Belajar Psikologi
  6. Artikel  oleh : zainal, pada 17 October 2011: Pengertian Sehat

Senin, 16 Maret 2015

Konsep Sehat Menurut Aliran Psikoanalisa

KONSEP SEHAT



Konsep Sehat itu adalah sebuah keadaan normal yang sesuai dengan standar yang diterima berdasarkan kriteria tertentu, sesuai jenis kelamin dan komunitas masyarakat. Itu adalah pengertian sehat yang saya mengerti pada awalnya. Dan setelah sekian lama Sehat Kita Semua tidak memposting makan pada kali kesempatan ini setelah vakum cukup lama akan memberikan hal sedikit tentang beberapa hal yang berhubungan dengan konsep dan pengertian sehat ini. Hidup sehat dan dalam kesehatan akan sangat membantu kita dalam melakukan berbagai macam aktifitas kehidupan serta rutinitas yang bisa dijalankan dalam kehidupan sehari-hari. Karena bila dalam keadaan kurang sehat maka hal ini akan mempengaruhi akan produktifitas kita juga. Dimulai dari apa yang dimaksud dengan pengertian sehat ini. Pengertian sehat menurut WHO adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental, dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.

Beberapa pengertian sehat lainnya yaitu diantaranya :
  1. Sehat adalah perwujudan individu yang diperoleh melalui kepuasan dalam berhungan dengan orang lain (aktualisasi). Perilaku yang sesuai dengan tujuan, perawatan diri yangkompeten sedangkan penyesuaian diperlukan untuk mempertahankan stabilitas dan integritas struktural. (Menurut Pender, 1982 ).
  2. Sehat / kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera dari badan (jasmani), jiwa (rohani) dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. (Menurut UU N0. 23/1992 tentang kesehatan).
  3. Sehat adalah fungsi efektif dari sumber-sumber perawatan diri (self care Resouces) yang menjamin tindakan untuk perawatan diri ( self care actions) secara adekuat. Self care Resouces : mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap. Self care Actions merupakan perilaku yang sesuai dengan tujuan diperlukan untuk memperoleh, mempertahankan dan meningkatkan fungsi psikososial dan spiritual. (Menurut Paune, 1983).

        Teori kepribadian sehat menurut Sigmund Freud

        Psikoanalisa
      Psikoanalisis merupakan suatu bentuk model kepribadian. Teori ini sendriri pertama kali diperkenalkan oleh Sigmun Freud (1856-1938). Freud  mengembangkan teorinya tentang struktur kepribadian dan sebab-sebab gangguan jiwa dan dengan konsep teorinya yaitu perilaku dan pikiran dengan mengatakan bahwa kebanyakan apa yang kita lakukan dan pikirkan hasil dari keinginan atau dorongan yang mencari pemunculan dalam perilaku dan pikiran. Psikoanalisis mempunyai metode untuk membongkar gangguan – gangguan yang terdapat dalam ketidaksadaran ini, antara lain dengan metode analisis mimpi dan metode asosiasi bebas. Teori Psikologi Freud didasari pada keyakinan bahwa dalam diri manusia terdapat suatu energi psikis yang sangat dinamis yaitu Id, Ego dan Super Ego dengan Id merupakan bagian palung primitif dalam kepribadian, Ego merupakan bagian “eksekutif” dari kepribadian, ia berfungsi secara rasional berdasakan prinsip kenyataan. Berusaha memenuhi kebutuhan Id secara realistis,yaitu dimana Ego berfungsi untuk menyaring dorongan-dorongan yang ingin dipuaskan oleh Id berdasarkan kenyataan dan Super Ego merupakan gambaran internalisasi nilai moral masyarakat yang diajarkan orang tua dan lingkungan seseorang. Pada dasarnya Super Ego merupakan hati nurani seseorang dimana berfungsi sebagai penilai apakah sesuatu itu benar atau salah. Karena itu Super Ego berorientasi pada kesempurnaan.
    Dalam Teori Psikoanalisa freud mengemukakan bahwa manusia itu di pengaruhi dan dimotivasi oleh dorongan alam sadar dan alam tidak sadar serta alam bawah sadar.
                 Berikut merupakan tingkat-tingkat kesadaran pada manusia:
  1. Tingkat sadar atau kesadaran (conscious level) : Pada tingkat ini aktivitas mental dapat disadari setiap saat seperti berpikir, persepsi, dan lain - lain
  2. Tingkat prasadar (preconscious level) : Pada tingkat ini aktivitas mental dan gejala-gejala psikis yang timbul bias disadari hanya apabila individu memperhatikannya, misalnya memori, pengetahuan-pengetahuan yang telah dipelajari, dan lain-lain.
  3.  Tingkat tidak disadari (unconscious level) : Pada tingkat ini aktivitas mental dan gejala-gejala psikis tidak disadari oleh individu. Gejala-gejala ini muncul misalnya dalam dorongan-dorongan immoral, pengalaman-pengalaman yang memalukan, harapan-harapan yang irasional, dorongan-dorongan seksual yang tidak sesuai dengan norma masyarakat, dan lain-lain.
Kepribadian yang baik menurut psikoanalisis adalah jika individu bergerak menurut pola perkembangan yang ilmiah. Belajar mengatasi tekanan dan kecemasan, serta keseimbangan antara kinerja super ego terhadap id dan ego.

   Kepribadian yang sehat menurut psikoanalisis :
  1. Menurut freud kepribadian yang sehat yaitu jika individu bergerak menurut pola perkembangan yang ilmiah.
  2. Kemampuan dalam mengatasi tekanan dan kecemasan, dengan belajar.
  3. Mental yang sehat ialah seimbangnya fungsi dari superego terhadap id dan ego
  4. Tidak mengalami gangguan dan penyimpangan pada mentalnya
  5. Dapat menyesuaikan keadaan ddengan berbagai dorongan dan keinginan
     
  Contoh Kasus :

      Mayat di Freezer Warung Bakso
      Riki Bunuh Juragan Bakso Karena Kesal Ibunya Ditiduri Korban


            Riki Sutiawan tega membunuh majikannya yang juga juragan bakso, Suwarno di Tangerang. Riki sudah ditangkap, dari mulutnya keluar alasan dia membunuh Suwarno dan menaruhnya di freezer.

“Dia kesal ibunya diselingkuhi korban,” jelas penegak hukum yang tak mau disebutkan namanya.

Riki melakukan aksinya dibantu seorang rekannya. Pembunuhan itu dilakukan pada Jumat (11/4). Riki memukul kepala korban dengan balok kayu. Kemudian dia menaruh jasad Suwarno di freezer. Riki dan temannya kemudian melarikan diri ke Sumatera.

Polresta Tangerang dan Subdit Resmob Polda Metro Jaya menangkap Riki pada Sabtu (12/4) di kereta dalam perjalanan dari Lampung menuju OKU, Sumsel. Riki sempat hendak kabur namun petugas berhasil membekuknya. Dari tangan pelaku disita HP milik korban dan dompet berisi uang milik tersangka.

Kapolresta Tangerang Kombes Pol Irving mengakui bahwa seorang pelaku sudah ditangkap. Namun Irving belum menjelaskan secara detail soal kronologi dan motif pelaku membunuh korban.

Sumber:
http://news.detik.com/bandung/read/2014/04/13/075257/2553459/10/riki-bunuh-juragan-bakso-karena-kesal-ibunya-ditiduri-korban

Pada kasus di atas saya menganalisis menggunakan teori Psikoanalisa yang diungkapkan oleh Sigmund Freud, dikarenakan sesuai dengan unsur permasalahan yang terdapat pada kasus di atas. Di bawah ini merupakan penjelasan dari teori yang di ungkapkan oleh Sigmund Freud itu sendiri.

       Psikoanalisa Sebagai Teori Kepribadian


           Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak sadar (unconscious). Baru pada tahun 1923 Freud mengenalkan tiga model struktural yang lain, yakni id, ego, dan superego. Struktur baru ini tidak mengganti struktur lama, tetapi melengkapi atau menyempurnakan gambaran mental terutama dalam fungsi atau tujuannya. Untuk mempelajari dan memahami sistem kepribadian manusia, Freud berusaha mengembangkan model kepribadian yang saling berhubungan dan menimbulkan ketegangan antara satu dengan yang lainnya. Konflik dasar ketiga sistem kepribadian tersebut dapat menciptakan energi psikis individu dan memiliki sistem kerja, sifat serta fungsi yang berbeda. Meskipun demikian antara satu dengan yang lainnya merupakan satu tim yang saling bekerja sama dalam mempengaruhi perilaku manusia.

       Id
      Id merupakan lapisan psikis yang paling dasariah, kawasan eros dan thanos berkuasa. Dalam id terdapat naluri-naluri bawaan biologis (seksual dan agresif, tidak ada pertimbangan akal atau etika dan yang menjadi pertimbangan kesenangan) serta keinginan-keinginan yang direpresi. Hidup psikis janin sebelum lahir dan bayi yang baru dilahirkan terdiri dari id saja. Jadi id sebagai bawaan waktu lahir merupakan bahan dasar bagi pembentukan hidup psikis lebih lanjut. Sedangkan naluri id merupakan prinsip kehidupan yang asli atau pertama, yang oleh Freud dinamakan prinsip kesenangan, yang tujuannya adalah untuk membebaskan seseorang dari ketegangan atau mengurangi jumlah ketegangan sehinga menjadi lebih sedikit dan untuk menekannya sehingga sedapat mungkin menjadi tetap. Ketegangan dirasakan sebagai penderitaan atau kegerahan sedangkan pertolongan dari ketegangan dirasakan sebagai kesenangan. Id tidak diperintahkan oleh hukum akal atau logika dan tidak memiliki nilai etika ataupun akhlak. Id hanya didorong oleh satu pertimbangan yaitu mencapai kepuasan bagi keinginan nalurinya, sesuai dengan prinsip kesenangan. Menurut Freud ada dua cara yang dilakukan oleh id dalam memenuhi kebutuhannya untuk meredakan ketegangan yang timbul yaitu melalui reflek seperti berkedip dan melalui proses primer seperti membayangkan makanan pada saat lapar. Sudah pasti dengan membayangkan saja kebutuhan kita tidak akan terpenuhi melainkan hanya membantu meredekan ketegangan dalam diri kita. Agar tidak terjadi konflek maka dari itu diperlukan sistem lain yang dapat merealisasikan imajinasi itu menjadi kenyataan sistem tersebut adalah ego.

       Ego
    Ego adalah sistem kepribadian yang didominasi kesadaran yang terbentuk sebagai pengaruh individu kepada dunia obyek dari kenyataan dan menjalankan fungsinya berdasarkan pada prinsip kenyataan berarti apa yang ada. Ego merupakan pelaksanaan dari kepribadian, yang mengontrol dan memerintahkan id dan superego serta memelihara hubungan dengan dunia luar untuk kepentingan seluruh kepribadian yang keperluannya luas. Jika ego melakukan faal pelaksanaannya dengan bijaksana akan terdapat keharmonisan dan keselarasan. Kalau ego mengarah atau menyerahkan kekususannya terlalu banyak kepada id, kepada superego ataupun kepada dunia luar akan terjadi kejanggalan dan kesadarannya pun tidak teratur. Ini berarti bahwa setiap orang memiliki potensi pembawaan untuk berpikir dan menggunakan akalnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa kebanyakaan ego bekerja di bidang kesadaran, terkadang juga pada alam ketidaksadaran dan melindungi individu dari gangguan kecemasan yang disebabkan oleh tuntutan id dan superego.

       Superego
      Superego merupakan sistem kepribadian yang berisi nilai-nilai moral bersifat evaluatif (memberikanbatasan baik dan buruk). Menurut Freud superego merupakan internalisasi idividu tentang nilai masyarakat, karena pada bagian ini terdapat nilai moral yang memberiakan batasan baik dan buruk. Dengan kata lain superego dianggap pula sebagai moral kepribadian. Adapun fungsi pokok dari superego jika dilihat dari hubungan dengan ketiga aspek kepribadian adalah merintangi impuls-impuls ego terutama impuls-impuls seksual dan agresif yang pernyataannya sangat ditentang oleh masyarakat dan mendorong ego untuk lebih mengejar hal-hal yang moralistis daripada yang realistis serta mengejar kesempurnaan yang diserap individu dari lingkungannya. Sedangkan dalam superego yang bersifat ideal, Freud membaginya kedalam dua kumpulan yaitu suara hati (cansience) dan ego ideal. Kata hati didapat melalui hukuman oleh orang tua, sedangkan ego ideal dipelajari melalui penggunaan penghargaan. Superego dalam peranannya sebagai penguasa dari dalam dirinya kemudian mengambil tindakan serangan terhadap ego.

       Analisa
    Kepribadian yang sehat menurut Freud adalah jika individu bergerak menurut pola perkembangan yang ilmiah. Hasil dari belajar dapat mengatasi tekanan dan kecemasan. Kesehatan mental yang baik adalah hasil dari keseimbangan antara kinerja super ego terhadap id dan ego.

Jadi kesimpulan dari studi kasus di atas adalah Riki yang sebagai tersangka merupakan salah satu contoh sebagai pribadi yang tidak sehat dikarenakan Riki tidak dapat menyeimbangkan id, ego, dan super ego. Id yang dimiliki oleh Riki lebih besar pengaruhnya dibandingkan dengan ego dan super ego yang dimilikinya. Id Riki menjadi lebih besar karena ia merasa terhina, akibat perbuatan “Juragan Bakso” yang tidak terhormat kepada Ibunya yaitu dengan menyelingkuhi serta meniduri Ibunya. Maka dari itu ia melanggar nilai-nilai norma yang ada di masyarakat atau bisa kita sebut super ego yang ada pada dirinya. Dan mengakibatkan ego juga terpengaruh akibat besarnya kekuatan dari id yang dimiliki oleh Riki.