- See more at: http://blog.ahmadrifai.net/2012/03/cara-membuat-efek-salju-di-blog.html#sthash.0VRt8tb2.dpuf

Jumat, 27 Maret 2015

SEJARAH PERKEMBANGAN KESEHATAN MENTAL

Zaman dahulu orang menduga bahwa penyebab penyakit mental adalah setan, roh-roh jahat dan dosa-dosa. Oleh karena itu para penderita penyakit mental dimasukkan dalam penjara-penjara di bawah tanah atau dihukum dan diikat erat-erat dengan rantai besi yang berat dan kuat. Namun, lambat laun ada usaha-usaha melalukan perbaikan dalam mengatasi orng-orang yg mengalami gangguan mental.
Ungkapan kesehatan mental ini diciptakan oleh W. Swetster di tahun 1843 dan penuh dengan konten yang sebenarnya melalui "pribadi" pengalaman berkumpul oleh ahli asuransi Beers Amerika. Tujuannya adalah untuk memastikan perawatan yang lebih manusiawi dari sakit mental, cara bagaimana tujuannya ini dilakukan dalam konteks yang lebih luas melampaui domain perawatan kesehatan tidak bisa disebut hanya kejiwaan.
Kesehatan mental mulai berkembang sejak perang dunia ke II. Sejak awal perang dunia ke II kesehatan mental bukan lagi suatu istilah yang asing bagi orang – orang. Dalam bidang kesehatan mental kita dapat memahami bahwa gangguan mental itu telah terjadi sejak awal peradaban manusia dan sekaligus telah ada upaya-upaya mengatasinya sejalan dengan peradaban.
Namun seiring zaman yang semakin maju dan perkembangan ilmu pengetahuan Philippe Pinel di Perancis dan William Tuke dari Inggris, mengadakan perbaikan dalam menanggulangi orang-orang yang terganggu mentalnya.

       Tokoh lain yang mempengaruhi perkembangan kesehatan mental :
  1. Clifford Whittingham Beers (1876-1943). Beers pernah sakit mental dan dirawat selama dua tahun dalam beberapa rumah sakit jiwa. Ia mengalami sendiri betapa kejam dan kerasnya perlakuan serta cara penyembuhannya.
  2. Dorothea Dix merupakan seorang pionir wanita dalam usaha-usaha kemanusiaan berasal dari Amerika. Ia berusaha menyembuhkan dan memelihara para penderita penyakit mental dan orang-orang gila. Sangat banyak jasanya dalam memperluas dan memperbaiki kondisi dari 32 rumah sakit jiwa di seluruh negara Amerika bahkan sampai ke Eropa. Atas jasa-jasa besarnya inilah Dix dapat disebut sebagai tokoh besar pada abad ke-19.
       Tujuan mempelajari kesehatan mental :
  1. Memahami makna kesehatan mental dan faktor-faktor penyebabnya.
  2. Memahami pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam penanganan kesehatan mental.
  3. Memiliki kemampuan dasar dalam usaha peningkatan dan pencegahan kesehatan mental masayarakat.
  4. Meningkatkan kesehatan mental masyarakat dan mengurangi timbulnya gangguan mental masyarakat.

Konsep Sehat

Istilah sehat dalam kehidupan sehari-hari sering dipakai untuk menyatakan bahwa sesuatu dapat bekerja secara normal. Bahkan benda mati pun seperti kendaraan bermotor atau mesin, jika dapat berfungsi secara normal, maka seringkali oleh pemiliknya dikatakan bahwa kendaraannya dalam kondisi sehat. Kebanyakan orang mengatakan sehat jika badannya merasa segar dan nyaman. Bahkan seorang dokterpun akan menyatakan pasiennya sehat manakala menurut hasil pemeriksaan yang dilakukannya mendapatkan seluruh tubuh pasien berfungsi secara normal. Namun demikian, pengertian sehat yang sebenarnya tidaklah demikian. Pengertian sehat menurut UU Pokok Kesehatan No. 9 tahun 1960, Bab I Pasal 2 adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan (jasmani), rohani (mental), dan sosial, serta bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan.
Pengertian sehat tersebut sejalan dengan pengertian sehat menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1975 sebagai berikut: Sehat adalah suatu kondisi yang terbebas dari segala jenis penyakit, baik fisik, mental, dan sosial. Batasan kesehatan tersebut di atas sekarang telah diperbaharui bila batasan kesehatan yang terdahulu itu hanya mencakup tiga dimensi atau aspek, yakni: fisik, mental, dan sosial, maka dalam Undang- Undang N0. 23 Tahun 1992, kesehatan mencakup 4 aspek, yakni: fisik (badan), mental (jiwa), sosial, dan ekonomi.
Pengertian diatas memberikan gambaran secara umum mengenai konsep sehat, Dalam pembahasan ini sedikit kita bahas mengenai aspek sehat dari berbagai dimensi diantaranya konsep sehat berdasarkan dimensi emosi, intelektual, sosial, fisik, dan spiritual.

Dimensi Emosi
Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak
Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.
Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia. (Prawitasari,1995)
Beberapa tokoh mengemukakan tentang macam-macam emosi, antara lain Descrates. Menurut Descrates, emosi terbagi atas : Desire (hasrat), hate (benci), Sorrow (sedih/duka), Wonder (heran), Love (cinta) dan Joy (kegembiraan). Sedangkan JB Watson mengemukakan tiga macam emosi, yaitu : fear (ketakutan), Rage(kemarahan), Love (cinta).
Daniel Goleman (2002 : 411) mengemukakan beberapa macam emosi yang tidak berbeda jauh dengan kedua tokoh di atas, yaitu :
  • Amarah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati.
  • Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, putus asa.
  • Rasa takut : cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada, tidak tenang, ngeri.
  • Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang, terhibur, bangga.
  • Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat,  dan kemesraan.
  • Terkejut : terkesiap, terkejut.
  • Jengkel : hina, jijik, muak, mual, tidak suka.
  • Malu : malu hati, kesal

Menurut Mayer (Goleman, 2002 : 65) orang cenderung menganut gaya-gaya khas dalam menangani dan mengatasi emosi mereka, yaitu : sadar diri, tenggelam dalam permasalahan, dan pasrah. Dengan melihat keadaan itu maka penting bagi setiap individu memiliki kecerdasan emosional agar menjadikan hidup lebih bermakna dan tidak menjadikan hidup yang di jalani menjadi sia-sia.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Pengertian Emosi adalah suatu perasaan (afek) yang mendorong individu untuk merespon atau bertingkah laku terhadap stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya.

Dimensi Intelektual
Dalam dimensi ini, seseorang memiiki intelegensi yang cukup tinggi. Dalam dimensi ini ia mampu menyerap berbagai pelatihan atau pendidikan dengan penyerapan yang lebih cepat, serta mudah memahami berbagai aspek materi tanpa mengalami kesulitan dalam proses kognitif dalam belajar. Tidak semua orang mengalami kesehatan intelektual secara utuh karena sehat secara intelektual merupakan sebagian dari proses bawaan, juga proses pembiasaan dan latihan.

Dimensi Sosial
Dalam dimensi ini, seseorang lebih terlihat mengalami kepekaan sosial yang tinggi, ia sehat dalam kerangka sosial bermasyarakat, seperti mudah bergaul, mudah beradaptasi, tidak mengalami krisis identitas, merupakan bentuk dari kepribadian yang sehat dalam dimensi sosial.

Dimensi Fisik
Dimensi Fisik, merupakan aspek terpenting untuk melihat kondisi sesorang sehat atau tidak, disini dilihat dari kebugaran fisik, apakah ia menjaga kesehatan nya atau tidak, dengan ia berpola makan sehat, menjaga dari makanan yang buruk, serta dimensi ini menekankan pada keadaan jasmani seseorang.

Dimensi Spriritual
Dimensi spriritual ini juga menjadi bagian terpenting dari kesehatan mental pribadi seseorang, karena mensucikan sesuatu merupakan bagian dari naluri manusia seperti hal menyembah Allah, tekun beribadah dan lainnya, dilihat dari bagaimana ia mengatur kedekatan diri nya dengan sang Pencipta, mampu mengelola jiwa berlandaskan aturan Agama agar terjadi ketenangan batin, hal ini lah yang menjadikan kondisi seseorang sehat secara Ruhiyah atau sehat secara spiritual.

Contoh Kasus

Ayi adalah seorang perempuan yang cantik dan pintar namun ia memiliki kekurangan di saraf tangan kanannya. Sejak kecil dia sudah menggunakan tangan kirinya untuk melakukan aktifitas sehari-hari seperti makan, menulis, dll. Tetapi Ayi tetap bersyukur dengan keadaannya karena dia melihat banyak anak – anak lain yang tidak memiliki tangan dan ia juga rajin beribadah dan berdoa kepadaa Tuhan. Ia sadar karena penyakit saarafnya tersebut mengharuskan ia untuk rutin meminum obat daan menjaga kesehatannya untuk tidak memakan makanan yang tidak sehat dan pola makan yang teratur. Walaupun ia kidal dan memiliki keanehan di tangan kanannya, ia tidak malu dan tetap bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Ia juga bersekolah ia sekolah normal/biasa dan selalu mendapat raking pertama di kelasnya. Rahasia ia tetap terus semangat menjalani hidupnya karena dukungan dari keluarga dan temannya maka ia sangat bahagia memiliki keluarga dan teman – teman yang selalu menyayanginya.


Dari kasus diatas kita dapat buktikan bahwa Ayi memiliki emosi, intelektual, fisik, sosial, dan spiritual yang sehat. Emosi yang sehat di dapat dari rasa bahagianya karena memiliki keluarga dan teman – teman yang menyayanginya.intelektual yang sehat diperoleh dari Ayi yangg selalu mendapat raking pertama di kelasnya. Fisik yang sehat diperoleh dari pola makannya yang teeratur daan selalu menjaga makanan. Sosial yang sehat dipoleh dari ia tidak malu dengan kekurangannya dan tetap bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Dan spiritual yang sehat ia peroleh dari rajinnya ia beribadah dan berdoa kepada Tuhan.

Referensi Buku :
  1. Sumber : emiun, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 1. Yogyakarta: Kanisius.
  2. Budiarto, Eko., Dewi, Anggraeni. 2001. Pengantar Epidemologi, E2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
  3. Nurcahyo, H , 2008. ILMU KESEHATAN JILID 1 untuk SMK, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional.
  4. Schultz, D. (1991). Psikologi Pertumbuhan : Model-model Kepribadian Sehat. Alih Bahasa : Yustinus. Yogja : Kanisius.
  5.  Artikel oleh : Hariyanto, S.Pd onDecember 27, 2009 : Belajar Psikologi
  6. Artikel  oleh : zainal, pada 17 October 2011: Pengertian Sehat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar